Dia datang
sebagai hari bagi semua orang begitu anggapan langit di tahajud yang gerimis
memanjadikan kalimat doa yang tersembunyi sebelum senyum datang memanjakan
kedamaian di sepertiga malam , tak mengenalnya hanya ungkapan kawan yang anggun
tentangnya tentang wajah yang teduh dan cahaya bak pangeran di musim salju dari
negri tenggara, aku hanya bertanya siapa dan dimana rahimnya? “Memang terasa
sulit menegerti takdir Tuhan” dunia maya tempatnya menjemput nama
mmeperkenalkan yang hampir aku lupa bgaimana caranya , berjabat tangan tanpa
jemari dan tersenyum hanya sketsa di hadapan tulisan yang bisu, sederetan kata
mengawal perbincangan yang kabur terbirit birit tak berlari terus menarikan
kisah dengan tanpa malu malu menuduh bantaian kepercayaan adalah benar bagian
dari cerita
Aku hanya tersenduh dg tawa yang terlahir
sebelum musim dingin di desa kemarau yang hijau, tanah debu mengharum di langit
barokah memanggil keduanya yang menafsirkan hanya tanpa perkiraan yang tabu
lalu hilang tanpa tapak jalan yang meliut, mereka datang iya mereka menghampiri
lalu berlalu dengan suara , mereka matahri tapi bagaimna mungkin ada matahari
lebih dari satu pantulan karna tidak akan disebut dengan siang bila bukan
dirinya sendiri, kemudian bulu bulu mata mulai bicara bahwa satu diantara
keduanya adalah sebagai bulan di malam dan mejelma matahari ketika ayam ayam
jago mulai terbangun bangga menjuali kokok di serambi pagi, terus berjalan
hingga hari mulai mengubah dirinya menjadi santaian bagi pekerja dan pesta bagi
pemuda pemudi yang tak pernah mati suri ,, iya harapku namanya pada kalimat
yang terpanjatkan untuk Tuhan mengukur pandanganku di malam gerimis yang melihat
hujan menyudahi pelangi sebagai kesempatan untuk diam kemudian melangkah, aku
datang dan mereka mengemban senyumku yang tertunda berjalan iya mengeja sisa
hujan di semat tawa dan ramai, aku terdiam sejenak tak mengerti dan mungkin
mustahil untuk hanya sekedar mendengarkan rasa bagi hati dan waktu, aku
melihatnya dan bukan lagi sketsa apalagi ematikon krna sapaan dan senyum itu
jelas aku melihatnya.
Waktu
berubah menjdi hari dan kemudian angka angka penanggalan terus mengisi
barisannya sama dengan huruf huruf yang berlari melewati kalimat kalimat kita
yang menjdi bahasa dalam cerita , pertanyaan dan jawaban menjadi sarapan tp
terkadang saat lapar masih harus menunggu detik sarapan untuk menjadikan
kenyang membayar kertas putih yang menyulap luap tak di pahami kepastiannya.
Comments
Post a Comment